Ketika Saya Bingung : Mana yang Lebih Dulu, Adab atau Ilmu?

    Latar belakang keresahan saya bermula dari satu hal yang agak mengganjal di hati: kok bisa, ya, ada orang yang percaya begitu saja pada seseorang yang mengaku nabi? Atau bahkan rela mencium kaki dan meminum air bekas seorang kiai—bahkan tisu bekas keringatnya pun sampai jadi rebutan.

    Awalnya saya hanya geleng-geleng kepala. Tapi lama-lama, ini bukan sekadar fenomena aneh. Ini menyimpan sesuatu yang dalam: sebuah pola pikir.

    Saya mulai berpikir: barangkali mereka begitu karena terlalu mendahulukan adab, tapi melupakan timbangan ilmu. Mereka hormat, iya. Tapi tanpa nalar kritis dan dasar syar'i yang kokoh. Dan ternyata, tidak sedikit ulama pun yang menekankan bahwa adab itu nomor satu. Bahkan ada yang berkata, “Adab sebelum ilmu.”

    Tapi di sisi lain, saya juga dibuat heran oleh mereka yang mendewakan ilmu. Yang terlihat cerdas, punya segudang gelar, hafal banyak dalil... tapi justru berani melakukan korupsi, menghalalkan tipu daya, bahkan berani mengotori agama dengan logika yang menyesatkan.

    Lalu saya berpikir ulang: siapa sebenarnya yang salah? Adab tanpa ilmu? Atau ilmu tanpa adab?

    Bukankah Allah sudah berfirman bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu? Tapi... bagaimana jika ilmu itu malah menjadi alat untuk membenarkan kejahatan? Dan bagaimana jika adab dijadikan topeng untuk membungkam logika?

    Jujur, saya berada di tengah-tengah dilema ini. Dan dari situlah muncul sebuah niat: saya ingin mengurai benang kusut ini lewat sebuah buku. Judul sementaranya: "Orang yang Mendahulukan Adab vs Orang yang Mendahulukan Ilmu."

    Buku ini bukan untuk menghakimi, tapi untuk memahami. Bukan untuk mencaci, tapi mengajak merenung. Saya ingin membawa pembaca menyusuri jalan pikiran yang mungkin juga sedang mereka alami—tentang bagaimana seharusnya ilmu dan adab berjalan berdampingan, bukan saling mengalahkan.

📣 Kalau kamu merasa pernah bingung soal hal ini, atau pernah melihat fenomena serupa di sekitarmu, saya butuh dukunganmu.
Like, komentar, atau DM saya langsung kalau kamu pengen ikut jadi bagian dari perjalanan buku ini. Bantu saya jawab pertanyaan besar ini—bukan hanya dari sisi akal, tapi juga dari hati.

Semoga Allah meridai ikhtiar kecil ini. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyoroti Karakter Buruk Umat Muslim Zaman Sekarang : Ini kah Umat Pilihan Itu?

Ini Pertama Aku Buat Blog | saya sangat bersemangat dan semoga istiqomah bisa banyak sharing di sini

Dakwah Adalah Prinsip Hidup Ku | semoga Allah matikan aku di jalan dakwah Nya